Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jenis Pupuk | 1 - 4 minggu (kg) | 5 - 12 minggu (kg) |
Urea | 7 | 56 |
SP-36 | 7 | 28 |
KCl | 7 | 28 |
Ketua Tim Proyek Pengembangan Sistem Irigasi Terdesentralisasi (DISIMP) Indonesia Bagian Timur, Shuichi Sato di Jakarta, Jumat mengatakan, budidaya padi dengan metode SRI yang dikembangkan di sejumlah wilayah Kawasan Timur Indonesia terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan dari 5,0 ton per hektar (ha) menjadi 7,4 ton/ha.
"Jika 10 persen lahan persawahan padi yang ada di Indonesia menerapkan metode SRI maka peningkatan produksi 2 juta ton akan tercapai," katanya.
Konsultan pada Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional (JBIC) itu mengatakan, SRI merupakan teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara.
Metode tersebut, tambahnya, terbukti berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50 persen bahkan di beberapa tempat mencapai 100 persen.
Uji coba pola SRI pertama di Indonesia dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi Jawa Barat pada musim kemarau 1999 dengan hasil 6,2 juta ton/ha dan musim hujan 1999/2000 yang menghasilkan padi rata-rata 8,2 ton/ha.
Menurut Sato, budidaya padi dengan sistem ini mampu menghemat air hingga 40 persen sehingga sesuai dikembangkan di wilayah yang curah hujannya rendah seperti Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur maupun Kawasan Timur Indonesia lainnya.
Dari hasil penelitian Pusat Penelitian Pertanian di Puyung, Lombok NTB, terbukti metode SRI memberikan hasil rata-rata 9 ton/ha dibanding penanaman konvensional yang hanya 4-5 ton/ha.
Selain hemat air dan produktivitasnya tinggi, tambahnya, sistem tanam model tersebut mampu menghemat biaya petani karena hanya memerlukan bibit 5 kg/ha sementara dengan sistem biasa membutuhkan bibit 25kg/ha.
"Teknik SRI tidak memerlukan bibit padi yang khusus, petani bisa menggunakan benih hasil penangkaran sendiri sehingga tidak akan ada ketergantungan pada benih impor," kata Kepala Perwakilan Nippon Koei di Indonesia itu.
Sato mengungkapkan, dari segi lingkungan metode tanam SRI mampu meredam pemanasan bumi karena membantu memperkecil sebaran gas methane dari lahan persawahan sehingga mengurangi penebalan lapisan gas "rumah kaca".
Dia menyayangkan, metode budidaya padi yang mampu menekan tingkat penggunaan pupuk kimia tersebut belum mendapat dukungan yang serius dari Departemen Pertanian sebaliknya selama ini justru Departemen Pekerjaan Umum yang mengembangkannya.
Padahal di Kamboja, tambahnya, Menteri Pertanian setempat serius mendukung teknik budidaya padi dengan SRI dan ternyata produktivitas tanaman mampu naik dari 2 ton/ha menjadi 4 ton/ha.
"Oleh karena itu untuk lebih mengembangkan metode SRI diperlukan juga dukungan dari Deptan terutama pengadaan bibit dan pupuk sedangkan PU dari infrastruktur irigasi," katanya.
Saat ini budidaya padi dengan sistem SRI telah dikembangkan di, Bali, seluruh provinsi di Sulawesi, NTB dan NTT.
Di Sulawesi mencakup areal seluas 6.979,3 ha dengan petani sebanyak 7.316 orang sedangkan untuk NTB dan NTT pada areal seluas 2.449,9 ha yang melibatkan 4.817 petani.
Untuk pengembangan budidaya padi dengan metode SRI di Indonesia melalui proyek DISIMP tersebut pemerintah Jepang lewat JBIC memberikan bantuan pinjaman senilai 27.035 miliar Yen untuk masa 2003-2008. (*/rsd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar